cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Matematika & Sains
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue " Vol 19 No 2 (2014)" : 5 Documents clear
Distribusi Biomassa di Atas dan Bawah Permukaan dari Surian (Toona Sinensis Roem.) Yusuf, Muhammad; Sulistyawati, Endah; Suhaya, Yoyo
Jurnal Matematika dan Sains Vol 19 No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Surian (Toona sinensis) merupakan spesies pohon dengan banyak kegunaan yang umum digunakan pada program aforestasi/reforestasi di Indonesia. Untuk dapat lebih memahami peranan surian dalam menyerap karbon, penghitungan biomassa surian menjadi tahap pertama yang penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan proporsi biomassa tiap bagian pohon surian melalui metode pengrusakan (destructive sampling). Sebanyak 18 pohon surian dalam rentang diameter batang setinggi dada 2 - 31 cm digunakan dalam penelitian ini. Dimensi tiap pohon diukur di lapang dan juga laboratorium, seperti diameter setinggi dada (DBH), tinggi (H), dan kerapatan kayu. Biomassa pohon dibagi menjadi lima komponen, yaitu batang, cabang, tangkai, daun, dan akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa batang adalah bagian paling dominan sedangkan tangkai daun dan daun hanya menyumbang sebagian kecil dari biomassa pohon. Biomassa di atas permukaan tanah (above-ground biomass/AGB) memiliki kontribusi paling besar dari biomassa total dengan rasio root to shoot (R/S) sebesar 0,24. Kandungan karbon tiap bagian pohon hampir sama dengan rata-rata sebesar 42% dari biomassanya. Seiring dengan perkembangan pohon surian, kerapatan kayu teramati cenderung konstan pada kisaran 0,32 - 0,5 g.cm-3 dengan rata - rata sebesar 0,43 ± 0,049 g.cm-3. Kata kunci: Biomassa, Distribusi, Simpanan karbon, Surian. Distribution of Above- and Below- Ground Biomass of Surian (Toona Sinensis Roem.) Abstract Surian (Toona sinensis) is a multi-purpose tree species commonly used in Indonesia for afforestation/reforestation program. In order to better understand the role of surian tree in sequestrating carbon, it is important to measure the biomass of surian. This study aimed to know the biomass distribution in each compartments of surian through a destructive sampling. Eighten trees with the diameter ranging from 2 cm to 30 cm were used in this study. The key dimensions of each tree were measured in the field and laboratory, i.e. diameter at breast height (DBH), height, and wood density. Biomass was divided into five compartments, i.e. stem, branches, petioles, leaves, and roots. The results showed that stem were the dominant part of the total biomass, while petioles and leaves only contributed a small fraction. Above-ground biomass (AGB) yields the highest contribution to total biomass with the root to shoot ratio of 0.24. Carbon content of each tree compartment was relatively equal with another, in average 42%. Wood density was observed relatively constant along tree development in range 0.32 - 0.5 g.cm-3 with average of 0.43 ± 0.049 g.cm-3. Keywords : Biomass, Distribution, Carbon stock, Surian.  
Semiring Pseudo-Ternary Maxrizal, Maxrizal; Suparwanto, Ari
Jurnal Matematika dan Sains Vol 19 No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam makalah ini akan diperkenalkan definisi dan sifat-sifat semiring pseudo-ternary. Selanjutnya, akan diperkenalkan subsemiring pseudo-ternary dan ideal pada semiring pseudo-ternary. Lebih lanjut, ideal-ideal yang terbentuk pada semiring pseudo-ternary akan digunakan untuk membentuk semiring pseudo-ternary faktor.Pseudo-Ternary Semiring Abstract In this paper we introduce the notion of pseudo-ternary semiring. Furthermore, we will introduce pseudo-ternary subsemiring and ideals in pseudo-ternary semiring. Finally, ideals in pseudo-ternary semiring will be used for constructing pseudo-ternary factor semiring. Keywords:  Pseudo-ternary semiring, Factor pseudo-ternary semiring.
Strategi untuk Perbaikan Manajemen Perkebunan Teh Rakyat: Studi Kasus di Kecamatan Pasirjambu dan Ciwidey, Kabupaten Bandung Novasyurahati, Novasyurahati; Sjarmidi, Achmad; Gunawan, Wawan
Jurnal Matematika dan Sains Vol 19 No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkebunan teh rakyat di Indonesia berpotensi untuk membangkitkan industri teh nasional karena proporsi luas area perkebunan teh rakyat yang besar (45,8%) dan pertumbuhan produksi yang cenderung meningkat rata-rata sebesar 0,77% selama 2001-2011. Meskipun demikian, produktivitas perkebunan teh rakyat masih sangat rendah dibanding perkebunan besar nasional maupun swasta. Banyak pihak telah mengadakan program bantuan untuk meningkatkan produktivitas, namun tidak berhasil secara signifikan. Karena produktivitas merupakan fungsi dari efisiensi usaha, maka faktor-faktor yang mempengaruhi sistem input harus teridentifikasi, dan untuk memperbaiki manajemen sistem input tersebut, diperlukan langkah-langkah berupa rencana strategis. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan perbaikan manajemen perkebunan rakyat dan menyusun rencana strategis untuk upaya perbaikan manajemen teh rakyat. Metode yang digunakan adalah pendekatan manajemen strategis untuk mengidentifikasi faktor kunci dan merumuskan usulan strategi sebagai solusi masalah tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan kuesioner; dan teknik analisis yang dilakukan untuk perumusan strategi adalah analisis strenght-weakness-opportunity-threat dan analytical hierarchy process (SWOT-AHP). Identifikasi faktor internal dan eksternal kunci manajemen perkebunan teh rakyat menghasilkan 5 faktor kekuatan, 3 peluang, 5 kelemahan dan 4 faktor ancaman yang perlu diperhatikan dalam upaya perbaikan manajemen teh rakyat. Dari hasil analisis SWOT-AHP, diusulkan strategi utama untuk memecahkan masalah tersebut yaitu strategi WO1: integrasi horisontal diantara petani dalam bentuk pengelolaan budidaya perkebunan teh rakyat secara berkelompok. Strategi ini mengedepankan kerjasama petani dalam satu kelompok untuk mengelola budidaya kebun yang berkesinambungan secara ekologis dan ekonomis dalam aspek pengembangan budidaya, penguatan fungsi kelembagaan dan peningkatan usaha pemasaran. Strategic Planning to Improve the Management of Small Holders tea Tea Plantations : Case Study of Pasirjambu and Ciwidey District, Bandung RegencyAbstract Tea smallhoders in Indonesia have the potential to give rise to national's tea industry as the proportion of area of the smallholders is bigger than the state and private plantations (45,8%) and as their production growth has the tendency to increase by 0.77% in 2001-2011. Despite of those facts, the productivity of tea smallholders is still very low compared to the state and private large plantations. There were a number of aid programs aimed to give rise to the tea smallholders' productivity, but they did not succeed significantly. Since productivity is an indicator of business' competitive advantage, the factors which influence management of the business of tea smallholders should be identified and in order to improve it, steps of strategic planning is needed. This study is aimed to identify the internal and external factors related to tea smallholders' management and to formulate a strategic planning to the management improvement initiatives. Method used in this study was the approach of the strategic management stages to identify key factors and to formulate a strategic planning as the recommendation of solution for the problem. Data collection for this study was conducted through observations, interviews, and questionnaires; and the analysis technique used for strategy formulation was hybrid of the strenght-weakness-opportunity-threat (SWOT) and the analytical hierarchy process (AHP) analysis. Identification of internal and external key factors of smallholders' management resulted in 5 strengths factors, 3 opportunities, 5 weaknesses, and 4 threats. From the SWOT-AHP analysis, the strategy recommended to solve the problem was WO1: horizontal integration between farmers to undertake group's collective cultivation. This strategy emphazies cooperation of farmers whithin a group to manage tea cultivation which is ecologically and economically sustainable in cultivation development, institution's fuctional strengthening, and market accruing. Keywords: Tea smallholders, Strategic planning, SWOT-AHP.
Spatial and Temporal Variability of Sea Surface Height in the Southeastern Tropical Indian Ocean Based on the Satellite Altimeter Data Iskandar, Iskhaq; Mardiansyah, Wijaya; Setiabudidaya, Dedi
Jurnal Matematika dan Sains Vol 19 No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sea surface height (SSH) data from merged-satellite observations (e.g. TOPEX/Poseidon, JASON and ERS) were used to evaluate the spatial and temporal variations of sea surface circulations in the southeastern tropical Indian Ocean (SETIO). A Complex Empirical Orthogonal Function (CEOF) was used to extract the dominant mode of variability in the SETIO region. The results show that the first mode accounts for 41.2% of the total variance dominates the variation. The second mode accounts for 18.2% of the total variance, while the third and the fourth modes explain 6.5% and 2.6% of the total variance, respectively. The spectrum analysis indicates that the 35-day variations is a prominent feature in all CEOF modes. Furthermore, semiannual variation at period of about 180-day was observed in the first third modes, while the annual variation of about 300-day was only observed in the first two modes. A relatively strong variation at period of around 500-day was observed in the first, second and fourth modes. It is suggested that the spatial and phase pattern of the first and third modes are related to the propagation of the Kelvin waves generated by wind stress over the equatorial Indian Ocean. On the other hand, the second was likely related to the local upwelling and downwelling generated by the seasonal changes in the alongshore winds. Furthermore, the fourth mode represents the oceanic eddy generated from the downstream straits of the Indonesian Throughflow.Variasi Spasial dan Temporal Tinggi Muka Laut di Wilayah Tropis Samudera India Bagian Tenggara Berdasarkan Data Satelit AltimetriAbstrak Data tinggi permukaan laut hasil observasi dari beberapa satelit (yaitu: TOPEX/Poseidon, JASON dan ERS) digunakan untuk evaluasi variasi spasial dan variasi temporal sirkulasi permukaan laut di wilayah tropis Samudera Hindia bagian tenggara. Analysis dilakukan menggunakan metode Complex Empirical Orthogonal Function (CEOF) untuk mendapatkan mode variasi yang dominan di wilayah ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa mode CEOF pertama menjelaskan 41,2% dari variasi total dan merupakan mode yang paling dominan. Mode CEOF kedua mengandung 18,2% dari variasi total, sedangkan mode ketiga dan keempat menjelaskan masing-masing 6,5% dan 2,6% dari variasi total. Analisis spektrum terhadap deret waktu masing-masing mode CEOF menunjukkan bahwa variasi dalam skala 35 hari merupakan variasi yang signifikan untuk setiap mode. Selanjutnya, variasi setengah-tahunan dengan periode osilasi sekitar 180 hari terekam pada tiga mode pertama, sementara variasi tahunan dengan periode osilasi sekitar 300 hari hanya terekam pada mode pertama dan mode kedua. Variasi yang cukup kuat pada periode osilasi sekitar 500 hari terekam pada mode pertama, mode kedua dan mode keempat. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa pola spasial dan fase gelombang pada mode pertama dan mode ketiga adalah terkait dengan penjalaran gelombang Kelvin yang dibangkitkan oleh stres angin di wilayah ekuator Samudera Hindia. Sementara itu, mode kedua terkait dengan proses upwelling dan downwelling yang dibangkitkan oleh angin muson di sepanjang pantai. Selanjutnya, mode keempat merepresentasikan oceanic eddy yang terbentuk dari selat-selat arus lintas Indonesia (ARLINDO).  Kata kunci: Complex empirical orthogonal function, Analisis Fourier, Samudera Hindia, Tinggi permukaan laut. 
Suatu Kondisi Buka Pada Varieti Representasi dari Quiver Darmajid, Darmajid
Jurnal Matematika dan Sains Vol 19 No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Misalkan L adalah aljabar atas lapangan yang tertutup secara aljabar. Dalam makalah ini akan dikaji suatu kriteria kondisi buka dalam konteks aljabar pada koleksi semua L-representasi dengan vektor dimensi d pada quiver Q.An Open Condition on Variety of Quiver Representation Abstract Let Lbe an algebra over an algebraically closed field. In this paper we study an open condition on the collection of all L-representation of quiver Q with dimension vector d. Keywords : Open condition, Representation of quiver.

Page 1 of 1 | Total Record : 5